Pilkada DKI kian dekat. Pasangan gubernur dan wakil gubernur sudah mulai eksis di media masa. Rata-rata mereka berasal dari partai politik. Hanya dua pasang yang berasal dari masyarakat Independen. Mereka sudah berlomba-lomba mendatangi masyarakat seraya menebar janji dan program-program yang akan mereka laksanakan untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada di Jakarta.
Ironis memang ibu kota Jakarta ini. Sudah puluhan tahun kota ini menjadi Ibu kota Negara Indonesia. Namun, kota ini masih penuh dengan berbagai problematika yang tidak jarang membuat masyarakat mengeluh dan mempertanyakan peran pemerintah dalam mengatur kehidupan ibu kota.
Setiap pagi kita dapat merasakan, betapa kekesalan kita memuncak akibat kemacetan ibu kota. Tidak ada lagi jalan alternatif yang terbebas dari kemacetan. Angkutan umum penuh sesak bersumpal manusia yang terdiri dari kaum pekerja, pengamen dan pedagang asongan. Untuk mendapatkan duduk di angkutan umum diperlukan keberuntungan yang teramat sangat. Tidak jarang ada yang mengambil keuntungan dari kesesakan tersebut. Saya pribadi pernah menjadi korban pencopetan. Dan tidak jarang saya melihat pelecehan seksual kepada kaum wanita yang berdiri berdesakan di angkutan umum. Kini orang jakarta juga tidak lagi dapat memprediksi berapa waktu yang mereka butuhkan untuk menuju tempat aktivitas mereka. Kemacetan tidak lagi bisa diprediksi., bahkan di hari libur sekalipun.
Pejalan kaki di ibu kota sungguh malang. Mereka tidak diberikan ruang yang layak untuk berjalan. Asap kendaraan bermotor harus mereka hirup kala mereka berjalan di trotoar. Bahkan disebagian ruas jalan, area pejalan kaki sudah diserobot motor-motor sehingga tak jarang menimbulkan kecelakaan. Lihat saja kejadian beberapa bulan yang lalu. Kitika belasan orang tewas terseruduk sebuah mobil ketika sedang duduk di halte persinggahan angkutan umum. Ini sungguh ironis. Untuk menyebrangi jalan para pejalan kaki belum sepenuhnya disediakan tempat penyebrangan yang layak. Zebra cross yang tidak ditunggui oleh coss guard sering menyebabkan pejalan kaki tertindas karena tidak adanya kesadaran pengemudi kendaraan bermotor untuk mengalah dan membiarkan pejalan kaki melintas.
Belum lagi akhir-akhir ini rasa keamanan masyarakat kian terusik karena maraknya aksi premanisme di ibu kota yang sangat meresahkan warga. Saat ini kelompok-kelompok preman sudah menjamur di ibu kota. Jenisnya pun beraneka ragam, mulai dari ormas berkedok agama, kedaerahan, hingga kelompok-kelompok yang secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai preman. Sungguh, betapa makin mahalnya rasa keamanan di Ibu Kota Jakarta.
Pemimpin baru, harapan baru. Pemimpin baru, mimpi baru. Kapankah harapan dan mimpi tersebut akan menjadi nyata bagi warga jakarta. Tentu pemimpin kota jakarta lah yang harus bekerja keras mewujudkannya. jangan hanya berkata manis pada saat ada maunya saja. Kalimat ini mungkin mewakili jutaan warga ibu kota yang saat ini sudah bosan mendengarkan kampanye manis, namun pahit setelahnya.
Bagi warga jakarta.. Selamat memilih pemimpin anda..
Jatuhkan pilihan kepada orang yang tepat..
Jangan mau disogok demi ratusan ribu rupiah hanya untuk memilih mereka..
Percayalah dengan menerima uang, berarti anda telah berdosa kepada seluruh warga jakarta..
Be a Smart Ellector..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar